News

SAY WHAT YOU WANT PASER ?

Konser PAS BAND Di bulan Agustus
Waktu 07 Agustus · 21:00 - 23:30
Tempat Lap. YONIF Tajimalela, Jl. Raya Narogong, Bekasi
Acara Gudang Garam Pro Mild Tour di Bekasi kali ini menghadirkan 2 Band sebagai Bintang Tamu utama, yaitu DRIVE & PAS BAND. PAS BAND sendiri akan main sebagai band penutup, menurut jadwal, PAS BAND akan main sekitar pukul 21.00. So son't miss it guys, and Say What You Want!!?

Sumber :http://www.facebook.com/home.php?#!/event.php?eid=134109869959398

Kolaborator Lahirnya Indie
MUSIK boleh jadi merupakan pelopor lahirnya komunitas indie. Tapi tak boleh lupa kalau skater (sebutan pemain skateboard, red) dan penggila bicycle motocross (BMX) merupakan akar dari musik dan indie itu sendiri.

Seperti sang "nenek moyang" pergerakan indie, Pas Band, yang terlahir dari dua komunitas itu (skateboard dan BMX). Dari kesamaan visi antikemapanan dan dipacu melahirkan kreativitas baru, Yuki sebagai budak BMX dan Richard Muttler (skater) berkolaborasi dalam bermusik.

Dan memang, grup musik indie yang berangkat dari pergerakan underground, sebagian besar para kolaborator dari skateboard dan BMX. Mereka datang dari skateboarder Taman Lalu Lintas (TLL).

"Kalo dulu 'kan tempat main skateboard itu ada di Taman Lalu Lintas. Di situlah biasanya anak-anak skater biasa nongkrong dan saling kenal. Awalnya enggak pada tahu kalau saya anak band. Sampai suatu hari kita ketemu di suatu acara dan ternyata anak skater yang kita kenal itu anak band juga," kata Richard.

Enggak aneh saat skater atau anak BMX beraksi selalu diiringi musik-musik gahar, macam hardcore, greencore, grunge atau musik lain yang distorsi entakkannya merangsang adrenalin.

Bahkan barudak BMX pergerakannya leuwih kolot. Yuki menjalaninya saat masih usia 15 tahun sekitar akhir '80-an. "Saking booming-nya, sampai ada istilah loe gak gaul kalo gak main sepeda. Pokoknya saat itu, tiap gang dan kampung main BMX," kata Yuki.

"Sampai sekarang saya masih bangga jadi budak BMX. Walaupun sekarang anak band, tapi tetep urang leuwih bangga nyebut, urang budak BMX, lain budak band," kata Yuki.

Seiring dengan berjalannya waktu, sekitar tahun 1995, grup BMX mulai jadi organisasi serius. Akibatnya nilai-nilai pergaulan sebagai geng mulai surut dan street soul kelompok sepeda pun mulai hilang.

"Kalau dulu sih kelompok sepeda itu eta-eta keneh, enggak dipilah-pilah kayak sekarang. Beda sama sekarang, muncul kelompok sepeda yang mengkhusukan diri dalam satu keahlian atau berdasarkan jenis sepedanya. Misalnya freestyle atau flatland," katanya.

Lantaran mulai terkikisnya street soul, Yuki mencari pelampiasan dalam berkreativitas. Musik menjadi jawabannya. Bersama Richard, Yuki merefleksikan pemberontakan antikemapanannya dengan musik keras.

Sayangnya, sekarang pergerakan kedua komunitas ini tak sederas dulu. "Perkembangan skateboard di Kota Bandung, saya kira sangat pesat. Sayangnya, kita kehilangan space untuk berkreativitas. Akhirnya beberapa penggila skateboard harus menggunakan fasilitas umum untuk bermain skateboard," kata salah seorang pendiri Skatepark, Firmah Boesly.

Namun, Firman optimistis, skater akan terus lahir dengan segala kekurangan. "Tidak dipungkiri sejauh ini masih banyak orang yang berpandangan negatif terhadap skateboard karena dinilai sebagai olahraga keras, brutal, atau kerap menjadi perusak fasilitas umum. Padahal, kami tidak sekadar hadir. Banyak kontribusi positif yang lahir dari komunitas ini," katanya.

Untungnya regenerasi skater untuk berkolaborasi membentuk grup band indie tidak berhenti. Gatot salah satunya. Skater ini dengan intens menyuarakan kegerahannya bersama grupnya, Rosemary.

"Perlawanan" melalui kreativitas seperti komunitas skateboard dan BMX selaku penggagas musik indie takkan pernah hilang. (ely kurniawati/tri widiyantie/"GM")**


Sumber :
http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20100213142620&idkolom=indies